Dunia
ini adalah sebuah area hidup manusia dimana kita akan selalu mengalami yang
namanya perjalanan. Jenis dari perjalanan yang ditempuh ada yang dikarenakan
keharusan, kepentingan pribadi atau keinginan yang bersifat tersier. Jenis
ketiga dari perjalanan inilah yang akan secara sengaja dibedah disini.
Keinginan perjalanan yang bersifat tersier berarti sebuah perjalanan yang hanya
akan ditempuh tanpa adanya sebuah kebutuhan mendesak tetapi sebuah kebutuhan
yang dipenuhi hanya untuk kepuasan semata. Kebutuhan ini sering disebut dengan
istilah ‘berwisata’. Jogjakarta adalah salah satu dari beberapa daerah wisata
yang bisa memenuhi dahaga para wisatawan untuk memuaskan diri. Pesonanya
mendatangkan keuntungan bagi para penduduknya dalam memutar roda perekonomian
domestik. Salah satu yang menjadi bumbu
dominanya adalah keindahan.
Pernah
melihat sampah yang secara sukarela terekspos dipinggiran jalan jogja? 90 dari
100 wisatawan akan mengatakan tidak terkecuali tentang penemuan mereka akan
daun kering yang jatuh secara alami dari pepohonan. Ya, pemerintah Jogjakarta
yang berbasis monarki rupanya mampu menaklukkan para penduduknya sebagai
orang-orang yang bertugas menjadi ‘sie kebersihan’ sehingga akan secara alamiah
menjaga kebersihan area sekitarnya.
Tak
ada kriteria perjalanan menyenangkan selain berwisata tanpa terjebak macet.
Pengaturan trnsportasi Jogjakarta terasa sangat ‘seksi’ tanpa adanya angkot atau jenis angkotan kota yang
selain sering membuah macet jalanan juga menimbulkan polusi udara yang kurang
nyaman. Jenis kendaraan yang berseliweran di jalan-jalan di jogja hanya berupa becak, taxi, sepeda
motor, mobil pribadi, truk, sepeda dan bis kota. Jumlah dari setiap jenisnya pun tidak membuat
jalanan jogja sesak. Berniat untuk berjalan kaki di sekitaran kota pun bisa
lebih menyenangkan dan aman.
Kita
akan sangat nyaman saat berkunjung ke rumah seorang kawan yang akan senantiasan
menyambut hangat kedatangan kita. Itu pulalah yang akan dirasakan para turis
yang datang berkunjung, khususnya saat datang ke keraton yang notabene
merupakan benteng pemerintahan yang biasanya bercitra terbatas dan formal
sehinga membuat para turis merasa enggan untuk datang, namun bukan perasaan
demkian yang akan timbul saat pertamakali berpapasan dengan seorang abi dalem keraton yang akan dengan suka
rela menceritakan sejarah keraton dan budaya jogja secara umum. Melalui
keterbukaan ini sejarah jogja akan sangat mudah dikenal dan menjadi pembicaan
informatif yang berimbas positif bagi citra kota ini.
Ciri
khas khusus merupakan sebuah identitas permanen yang menjadikan suatu wilayah
dikenal dan dikenang. Candi merupakan salah satu yang menjadi ciri Jogjakarta.
Biasanya para turis membeli miniatur candi untuk segera memajangnya diruang
tamu yang secara tidak sengaja akan menjadi sebuah ajang promosi dari mulut ke
mulut. Kini tidak hanya miniatur yang menjadi oleh-oleh khas yang awet, juga
mulai bermunculan kaos jogja, sandal, batik, celana, blangkon hingga tas-tas
bercorak pariwisata.
Tak
hanya melukiskan pesona bagi para pendatang dari luar kota, jogja sangat
dicintai pula oleh penduduknya. Berbekal berita dari jogjanews.com yang
memberitakan tentang pasar kangen jogja 2013 yang disambut antusias penduduk
jogja. Pasar ini memang dibuat untuk memanjakan warga jogja yang rindu akan
masakan khas yang turun temurun seperti bajigur, brongkos, lemet, jadah tempe,
kocak, catot dll. Pasar ini sangat ramai pendatang hingga para pedagangnya
merasa kewalahan saat memajang barang dagangannya.
Dari
sektor wisata, Indonesia memiliki sebuah berita mengejutkan mengenai
pariwisata, Tercatat pada laporan kompasiana.com yang di posting pada agustus
2013, sumbangan devisa daritahun ke tahun mengalami peningkatan, yakni pada
lima tahun terakhir pemasukkan Negara dari devisa yaitu sebanyak 7,2 milyar
dollar AS, tahun 2012 sebanyak 8,3 milyar sehingga bisa diestimasikan untuk
2013 bisa menalami peningkatan lagi meskipun masih berkisar dibawah 9 milyar.
Hal ini ditengarai juga merupakan prestasi dari Jogjakarta sebagai obyek wisata.
Bisa
kita tarik sebuah benang merah, bahwa sebuah kota yang menawan adalah kota yang
maju. Tidak ada ruginya bagi kita untuk menjaga kelestarian lingkungan kita,
karena tanda terimakasih dari lingkungan itu sendiri adalah kesejahteraan bagi
kita secara lahir dan batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar