Sabtu, 09 November 2013

Kota Hartawan, Kota Menawan


Dunia ini adalah sebuah area hidup manusia dimana kita akan selalu mengalami yang namanya perjalanan. Jenis dari perjalanan yang ditempuh ada yang dikarenakan keharusan, kepentingan pribadi atau keinginan yang bersifat tersier. Jenis ketiga dari perjalanan inilah yang akan secara sengaja dibedah disini. Keinginan perjalanan yang bersifat tersier berarti sebuah perjalanan yang hanya akan ditempuh tanpa adanya sebuah kebutuhan mendesak tetapi sebuah kebutuhan yang dipenuhi hanya untuk kepuasan semata. Kebutuhan ini sering disebut dengan istilah ‘berwisata’. Jogjakarta adalah salah satu dari beberapa daerah wisata yang bisa memenuhi dahaga para wisatawan untuk memuaskan diri. Pesonanya mendatangkan keuntungan bagi para penduduknya dalam memutar roda perekonomian domestik.  Salah satu yang menjadi bumbu dominanya adalah keindahan.

Pernah melihat sampah yang secara sukarela terekspos dipinggiran jalan jogja? 90 dari 100 wisatawan akan mengatakan tidak terkecuali tentang penemuan mereka akan daun kering yang jatuh secara alami dari pepohonan. Ya, pemerintah Jogjakarta yang berbasis monarki rupanya mampu menaklukkan para penduduknya sebagai orang-orang yang bertugas menjadi ‘sie kebersihan’ sehingga akan secara alamiah menjaga kebersihan area sekitarnya.

Tak ada kriteria perjalanan menyenangkan selain berwisata tanpa terjebak macet. Pengaturan trnsportasi Jogjakarta terasa sangat ‘seksi’ tanpa adanya angkot atau jenis angkotan kota yang selain sering membuah macet jalanan juga menimbulkan polusi udara yang kurang nyaman. Jenis kendaraan yang berseliweran di jalan-jalan  di jogja hanya berupa becak, taxi, sepeda motor, mobil pribadi, truk, sepeda dan bis kota.  Jumlah dari setiap jenisnya pun tidak membuat jalanan jogja sesak. Berniat untuk berjalan kaki di sekitaran kota pun bisa lebih menyenangkan dan aman.

Kita akan sangat nyaman saat berkunjung ke rumah seorang kawan yang akan senantiasan menyambut hangat kedatangan kita. Itu pulalah yang akan dirasakan para turis yang datang berkunjung, khususnya saat datang ke keraton yang notabene merupakan benteng pemerintahan yang biasanya bercitra terbatas dan formal sehinga membuat para turis merasa enggan untuk datang, namun bukan perasaan demkian yang akan timbul saat pertamakali berpapasan dengan seorang abi dalem keraton yang akan dengan suka rela menceritakan sejarah keraton dan budaya jogja secara umum. Melalui keterbukaan ini sejarah jogja akan sangat mudah dikenal dan menjadi pembicaan informatif yang berimbas positif bagi citra kota ini.

Ciri khas khusus merupakan sebuah identitas permanen yang menjadikan suatu wilayah dikenal dan dikenang. Candi merupakan salah satu yang menjadi ciri Jogjakarta. Biasanya para turis membeli miniatur candi untuk segera memajangnya diruang tamu yang secara tidak sengaja akan menjadi sebuah ajang promosi dari mulut ke mulut. Kini tidak hanya miniatur yang menjadi oleh-oleh khas yang awet, juga mulai bermunculan kaos jogja, sandal, batik, celana, blangkon hingga tas-tas bercorak pariwisata.

Tak hanya melukiskan pesona bagi para pendatang dari luar kota, jogja sangat dicintai pula oleh penduduknya. Berbekal berita dari jogjanews.com yang memberitakan tentang pasar kangen jogja 2013 yang disambut antusias penduduk jogja. Pasar ini memang dibuat untuk memanjakan warga jogja yang rindu akan masakan khas yang turun temurun seperti bajigur, brongkos, lemet, jadah tempe, kocak, catot dll. Pasar ini sangat ramai pendatang hingga para pedagangnya merasa kewalahan saat memajang barang dagangannya.

Dari sektor wisata, Indonesia memiliki sebuah berita mengejutkan mengenai pariwisata, Tercatat pada laporan kompasiana.com yang di posting pada agustus 2013, sumbangan devisa daritahun ke tahun mengalami peningkatan, yakni pada lima tahun terakhir pemasukkan Negara dari devisa yaitu sebanyak 7,2 milyar dollar AS, tahun 2012 sebanyak 8,3 milyar sehingga bisa diestimasikan untuk 2013 bisa menalami peningkatan lagi meskipun masih berkisar dibawah 9 milyar. Hal ini ditengarai juga merupakan prestasi dari Jogjakarta sebagai obyek wisata.

Bisa kita tarik sebuah benang merah, bahwa sebuah kota yang menawan adalah kota yang maju. Tidak ada ruginya bagi kita untuk menjaga kelestarian lingkungan kita, karena tanda terimakasih dari lingkungan itu sendiri adalah kesejahteraan bagi kita secara lahir dan batin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar