Sabtu, 09 November 2013

HASSAN BIN TSABIT



Nama lengkapanya Hassan bin Tsabit bin al-Mundzir al-Hazrojy al-Anshory. Nama panggilannya Abul Walid. Hassan bisa juga disebut sebagai nabinya penyair. Dia merupakan penyair yang mahir. Dia lahir dan dibawa ke yathrib (madina) dia berasal dari keluarkan terpandang di suku arab selatan, Khazraj. Suku ini selalu menolong dan melindungi Nabi Muhammad melawan Quaisy. Khazraj sama dengan golongan Anshar yang diberi gelar “penolong.”

Hassan hidup hingga berumur 120 tahun. Dikatakan bahwa ia hidup selama 60 tahun dimasa sebelum periodisasi Islam dan 60 tahun lagi pada masa periodisasi Islam. Dia memiliki hubungan kekerabatan dengan pangeran Syiria yang bernama Al-Harith bin abu Shamir, Amr bin al Harith dan yang terakhir adalah Jabala bin Al-Aiham. Dia adalah seorang yang mencintai perdamaian, sesuai yang telah diajarkan ayahnya kepada sukunya.

Hassan menghidupi dirinya dengan puisi-puisi yang ia hasilkan. Dibawah perlindungan dari Ratu Ghassanid yang kerapkali mengunjunginya dengan membawa berupa hadiah. Banyak sekali ode yang telah dibuat karena kemuliaannya itu. Tetapi kita hanya bisa menemukan penggalan-penggalan dan elegy pendek yang dibuat L-Harits. Kemahirannya dalam membuat puisi menjadikannya sebagai orang yang dihormati dan dikagumi sebagai seorang penyair. Dia menjadi sangat terkenal sebagai seorang yang rajin berpuisis atas nama islam dan membela kemuliaan dari Nabi beserta sahabat-sahabatnya.

Perundingan dan perlawanan secara militer dalam peperangan menjadikan Quraisy pesimis untuk melancarkan perlawanan terhadap Nabi beserta pasukkannya. Kepesimisan ini disebabkan oleh empat lelaki yang paling berpengaruh yaitu: Abu Sufyan bin Al-Harith bin Al Muttalib, sepupu Nabi, Abdullah bin Al-Zibara, Amr bin alas dan Dirar bin Al-Khattab Al-Fihiri. Situasi semacam ini menjadi tanpa toleransi. Nabi berdiskusi dengan sahabatnya tentang keputusan setelah perang Al Khandaq pada 5 hijrian (626AD) untuk membayar kerugian dengan uang miliknya sendiri. Tiga orang laki-laki dikirim sebagai relawan untuk membayar kerugian tersebut. Mereka adalah Hassan bin Tsabit, Abdullah bin Rawah dan Ka’ab bin Malik. Hassan dan Ka’ab menyangkal uang-uang yang dikirimkan tersebut sebagai sumbangan dan menyebutnya sebagai penaklukkan dan titik kelemahan. Abdullah bin Rawah mengambil posisi untuk menghukum kesalahannya, kesalahan agama dan kepercayaan.

Ini adalah penggalan syair yang ia buat saat perang sehingga Nabi Muhammad memujinya sebagai syair yang indah:
Sungguh indah, apa yang diungkapkan penyair Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Hassan bin Tsabit dalam menggambarkan orang-orang yang dimasukkan ke sumur, dia berkata dari sebuah syair yang panjang. Kami pilih darinya bait-bait berikut ini:
Rasulullah memanggil mereka ketika kami melempar bangkai mereka secara bersama-sama ke dalam sumur. Bukankah kalian mendapati perkataanku benar dan siksa Allah menyentuh sampai ke hati. Mereka bisu, seandainya mereka berucap niscaya akan mengatakan. Engkau benar dan engkau pemilik ide yang jitu.

            Hassan memiliki keprcayaan diri yang patut dipuji dalam mempertunjukkan kemahirannya dalam berpuisi. Dia berkata “jika saya menyimpat lidah saya, dia akan berkata dengan hawa kesombongan,”  itu akan mengirisnya dan menyimpannya diatas batu, batu itu akan retak karenanya”.  Nabi memerintahkan Hassan untuk memanjat ke benteng Quraisy dan memfitnah mereka yang telah memfitnah Nabi. Dia sangan berani dalam berpuisi dan merupakan seorang yang memukau. Diceritakan bahwa Hassan tidak pernah secara langsung mengikuti perang karena ia memiliki sebuah kekurangan yakni keterguncangan jiwa saat melihat peperangan yang sesungguhnya. Meskipun ia hidup dipertengahan abad pertama hijriah, karirnya sebagai seorang penyair seakan mati seiring kematian Nabi. Adapun karyanya yang berusu kematian Umar dan Utsman untuk memperingati 45 tahun kematian Nabi.

Puisi-puisinya:
Kita bisa menemukan sekitar 2050 puisi dalam Hassan Diwan. Dia termasuk kedalam periode 60 tahun atau setengah dari masa hidupnya sebagai seorang muslim dengan beberapa karyanya yang lahir sebelum masuk Islam, dia membuat karya tersebut untuk ratu Ghassanid. Puisinya terbagi menjadi lima jenis tema yaitu:
1.      Satire
2.      Elegy
3.      Puji-pujian
4.      Pemujaan
5.      Cinta

Yang terbanyak dari karta-karyanya yaitu bertemakan satire dan elegy. Banyak sekali puisi pendek yang berkisar antara 3-20 puisi yang menyindir pemimpin Quraisy dan suku-suku lainnya yang tidak bersahabat. Target utama pada sindiran-sindirannya adalah Abu Sufyan bin al Harith bin Al-Zabara, Amr bin Alas, Umayya bin Khalaf, Harrith bin Hisham dan Abu Jahal. Ia menyebut mereka sebagai penghianat dan pembohong. Dia menyebutkan kekalahannya dan kehancuran dari pemimpin-pemimpin perang padaperang melawan Nabi sementara memuji ketangkasan para prajurit muslim dan khususnya bagi kaumnya, Khazraj dan Aus. Dia mengata-ngatai mereka untuk tidak kampungan dan penuh dosa termasuk kepada para ayah dan ibu mereka juga monyet, domba, rusa dan serigala mereka.

Elegi karnyanya bersifat umum dan khusus. Pada bentuknya, ia meratapi para muslimin yang gugur di perang Badar (623 AD), Uhud (624 AD), Al-Rafi (624 AD) dan Bir-al-Mauna (625 AD). Ratapannya bagi para syuhada yang mati satu persatu. Kita dapat menemukan elegy-eleginya pada Nabi dan catatan-catatan muslim seperti Umar, Utsman dan Hamza bin Abdul-Muttalib.

Puisi-puisi cinta miliknya berisi tentang deskripsi yang menyenangkan tentang kecankan seorang wanita. Banyak sekali potongan-potongan dari keseluruhan topic tersebut yang menceritakan tentang masa bahagia yang terlalui dengan meminum wine dan mendengarkan wanita bernyanyi.

Dari keseluruhan tema yang disebutkan diatas, Hassan merasa puas. Dia memiliki figure seorang penyair berbakat, powerful dan efektif. Dia seorang penyair hebat dia menggambarkan hal-hal secara nyata dan elegan.

Ini adalah salah satu syairnya yang telah di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia:

Aku takkan pernah mninggalkan pintu-Mu
Dan takkan pernah berusaha membuka pintu selain pintu-Mu
Aku akan menenun bajuku dengan ridha
Dan membanggakan diri sebagai hamba-Mu
Aku berbisik lirih dalam keheningan pagi
Ketika ditanya siapa Tuhan-Mu ?
Tuhanku adalah pencipta jagat raya
Aku bangga menjadi hamba-Mu
Tuhanku adalah yang menerbitkan fajar
Aku takkan berpaling dari-Mu

Adapun syairnya yang diterjemahkan kedalah bahasa Inggris:
When I saw his light shining forth,
In fear I covered my eyes with my palms,
Afraid for my sight because of the beauty of his form.
So I was scarcely able to look at him at all.
The lights from his light are drowned in his light
and his faces shines out like the sun and moon in one.
A spirit of light lodged in a body like the moon,
a mantle made up of brilliant shining stars.
I bore it until I could bear it no longer.
I found the taste of patience to be like bitter aloes.
I could find no remedy to bring me relief
other than delighting in the sight of the one I love.
Even if he had not brought any clear signs with him,
the sight of him would dispense with the need for them.
Muhammad is a human being but not like other human beings.
Rather he is a flawless diamond and the rest of mankind is just stones.
Blessings be on him so that perhaps Allah may have mercy on us
on that burning Day when the Fire is roaring forth its sparks.
 Adapun yang lainnya yaitu:
Beautiful as you, my eyes have never seen,
with grace like yours, one has never been born
Born free from all fault,
Born as though you had yourself wished to be,
As though the Lord of Muhammad and the Soul of Muhammad
had come face to face,
The Lord of Muhammad asks the Soul of Muhammad
‘Tell me my beloved, how shall I create you’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar