Kamis, 16 Mei 2013

Jendela Dunia Masa Mutakhir


Pernah keliling dunia? Melihat situs-situs terkenal? Semuanya bisa dilakukan hanya dengan duduk manis di kursi dan mulai menelanjangi kepenasaran nun jauh disana dengan membuka lembar demi lembar kertas yang biasa kita sebut “buku”. Konon, kegiatan wisata ekonomis ini akan mulai punah dimasa depan. Hal ini bukan dikarenakan para pencari kesenangan dibalik tulisan mulai berkurang minatnya untuk membaca, mengingat kayu sebagai bahan pokok untuk membuat kertas adalah sumber daya alam yang terbatas. Memang, indonesia adalah alam yang subur dengan kekayaan komponen tanahnya yang memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan pohon dan memasok kayu-kayu bagi pabrik-pabrik yang memproduksi kertas. Tapi kemungkinan terburuk bisa saja terjadi. Lapisan ozon yang mulai menipis menjadikan pohon sangat rentan  bila terus ditebangi karena kebutuhan kita akan lingkungan yang selalu rindang agar terjauh dari efek pemanasan global. Lantas, kedua pihak ini saling tarik ulur, antara para pecinta buku yang sangat menyayangkan bila buku ditiadakan dalam bentuk fisik dan para pecinta alam yang sangat berfikir keras agar alam lebih diperhatikan demi kesejahteraan bersama.
Kejadian tarik ulur ini tidak akan berangsur membaik tatkala keduanya hanya memikirkan persepsi masing-masing tanpa memperkecil volume masalah yang sesungguhnya dan mulai memikirkan solusi untuk kebaikan bersama. Kecintaan kita terhadap alam hendaknya disejajarkan dengan kebutuhan kita akan wawasan yang luas. Kita bisa saja menghentikan produksi buku secara fisik dan mulai memikirkan alternatif lain tanpa melibatkan unsur alam yang semakin diporsir demi mempertahankan keseimbangan biosfer kita ini.
Buku berupa e-book memang sangat mengerikan bagi beberapa pihak yang merasa kegiatan membaca e-book seperti memaksakan lensa mata kita tertuju pada layar yang lama kelamaan bisa merusak kinerjanya dalam melihat secara jelas. Namun manusia adalah mahluk bumi yang akan melangkah dengan otaknya dari kemustahilan menuju kemungkinan yang pasti. Peningkatan mutu gadget bukan hal mustahil. Hal ini lambat laun akan dikaji oleh para ahli karena kebutuhan kita akan gadget mulai menuju titik klimaks. Mungkin saat ini para ‘kutu buku’ bisa dicirikan dengan orang yang menenteng buku kemana-mana termasuk kunjungan wajibnya ke toko buku dan perpustakaan.  Dimasa depan, para pecinta baca akan tertumpu pada gadget praktis yang bisa dibawa kemana-mana tanpa memberati tas yang bertengger manis tanpa beban. Hal pertama yang akan menjadi solusi adalah kualitas gadget yang semakin baik dan membuat para ‘wisatawan ilmu’ layaknya sedang membaca buku meskipun secara fisik jelas berbeda.
Sebuah solusi pastinya selalu menuai kontadiksi dimana keadaan yang menyedihkan berada pada pihak penulis produktif yang hasil karyanya membuahkan royalti rendah karena tulisannya dengan mudah di copy +paste. Solusi kedua yang menjadi lanjutan dari solusi diatas adalah pembuatan software baru yang di disain seperti perpustakaan di dalam gadget yang hanya bisa diisi dengan koleksi buku bila buku tersebut didapatkan ditoko e-book­ yang legal. Seperti halnya buku yang dapat dipinjamkan dan diberikan, software ini bisa mentransfer buku melalui chips kecil yang bisa memindahkan buku dari satu gadget ke gadget lainnya. Tenang saja, proses memindahkan atau memberikan ini bukan seperti sistem copy +paste, namun e-book yang sudah dimasukkan chips dengan otomatis berpindah tanpa menyisakan master-nya.
Perubahan alam bukanlah mimpi buruk yang bisa memusnahkan semangat manusia untuk tetap mereguk manisnya kesejahteraan. Solusi ini hanya akan tetap menjadi dongeng sebelum tidur bila kita tidak menjadikannya misi penting yang akan sangat ditunggu oleh masyarakat dunia, karena peradaban manusia tidak akan terhenti serempak hanya karena matahari yang memandangi bumi melalui ozon yang berlapis tipis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar